Jogja di Bulan Mei #2 – Melepas Lampion Waisak


Kembali ke obsesi gue untuk menyaksikan perayaan Waisak di Borobudur langsung, esok harinya, Minggu 6 Mei 2012, gue dan temen-temen satu trip berangkat dari hostel kira-kira jam 6 pagi pakai mobil sewaan. Sebenarnya disarankan untuk berangkat lebih pagi lagi, karena kalau kesiangan, jalur untuk ke Candi Mendut & Borobudur di Magelang nanti keburu ditutup. Beruntung pagi itu kita masih sempet sampai ke Candi Mendut tepat waktu (baca: nerobos) dan bisa ngikuti prosesi perayaan Waisak dari awal.

*ketemu sama Ste di Candi Mendut, padahal nggak janjian :’D*

Yes, prosesi perayaan Waisak ini memang dimulai dari Candi Mendut. Di sana udah disiapin tenda besar untuk menampung semua umat Budha yang datang dari segala penjuru Indonesia. Lalu selama beberapa jam diadakan ibadah bersama beserta ritual Waisaknya. Hari itu rame dan panaaas sekali. Dan turisnya banyak banget! Kayaknya tiap tahun acara Waisak ini memang jadi salah satu event yang dinanti-nanti sama banyak orang. Terbukti sepanjang jalan masuk ke Candi Mendut, banyak banget yang sibuk foto-foto suasana perayaannya, nggak turis lokal, nggak turis mancanegara, nyampur semua 😀 Ibadahnya sendiri selain ada doa-doa dan nyanyian, menjelang detik-detik Waisaknya, biksu yang memimpin ibadah mengajak semuanya untuk bermeditasi (yang mana gue nggak bisa fokus, jadinya merem aja) terus beliau mulai mengucapkan doa-doa. Ada satu potongan doa yang gue inget dan menurut gue baguuus sekali. Bahwa kehilangan yang paling mendalam dan yang paling bikin menyesal adalah kehilangan waktu. Bukan materi. Jadi, manfaatkanlah waktu yang kita miliki sebaik mungkin, karena kadang kita suka lupa, waktu itu nggak nunggu kita. Dia cuma lewat begitu aja kalau kita nggak melakukan sesuatu hal yang baik dan bermanfaat.

Setelah ibadah selesai, gue dan temen-temen langsung cabut ke Borobudur. Selain karena nggak tahan panas (PANAS BANGET, SUMPAH!), ramenya juga nggak ketulungan. Udah gitu para peserta itu sedang jam makan siang, jadi lebih baik kami langsung jalan ke Borobudur supaya nanti nggak kejebak macet sama para peserta yang akan pawai/jalan kaki dari Mendut ke Borobudur.

Kelar makan siang di Borobudur, gue dan temen-temen mati gaya total. Daripada nggak ngapa-ngapain, kami akhirnya tidur di mobil. Tadinya mikir mau tidur bentar aja terus masuk ke Borobudur pas jam upacara mau dimulai… Nggak taunya, dooong!

UJAN AJA GITU -_____-

Ujannya lamaaaaaa banget,. Setiap kami kira ujannya udah reda, begitu buka pintu mobil ternyata masih rintik-rintik, terus lama-lama deras lagi. Gituuu terus. Ada kali kita di mobil 4 jam. Tidur dari jam 1 siang, bangun tidur, tidur lagi, ngemil, lama-lama curhat =)), tiduran lagi, UJANNYA TETEP KAGAK BERHENTI JUGA. Saking lamanya kita nunggu udah bisa bangun candi lagi kali -______-

Akhirnya karena udah mati gaya maksimal dan langit makin gelap, sekitar jam 5 sore, gue dan temen-temen maksain turun. Ujannya masih awet rintik-rintik, tapi nggak papalah, terobos aja, pake payung ini. Sampe depan loket…

LOKETNYA TUTUP.

T_________________T

*pretelin candi*

Karena nggak rela udah nunggu berjam-jam, kami pun cari cara lain untuk masuk. Mengingat nerobos dari pintu keluar nggak mungkin karena masih ada penjaga, maka kami pun detour jauh bener dari pintu lain (Pintu 7). Pintu 7 ini adalah pintu yang digunakan para peserta perayaan Waisak untuk masuk ke area Candi, sementara pengunjung biasa harusnya lewat pintu depan. Ya udahlah, ya…

Singkat kata, akhirnya kami sampai juga di pelataran candi Borobudur. Kami berdiri di depan altar dan podium yang kelihatan sakral dan baguuus banget dengan patung Buddhanya yang bersinar. Borobudurnya hampir nggak keliatan malah karena gelap. Dari situ kami semua sibuk foto-foto sampai ibadah dimulai. Tepat pas ibadah mau mulai, tiba-tiba ada sinar terang dari sebelah kiri belakang podium, ada lampu tembak ternyata. Dan lampu tembaknya itu mengarah persis ke stupa terbesar di Borobudur (puncaknya). Jadi kayak transfer sinar gitu dan stupanya jadi terang. Dipaduin sama langit malam yang bersih dan awan-awan yang berarakan, pemandangannya jadi baguuus BANGET *_*

Ibadah Waisak malam itu juga dipimpin sama majelis-majelis dari negara lain (dan doanya dibawain dalam bahasa mereka). Yang gue inget, ada biksu yang datang dari India, Nepal, dan Bhutan. Di tengah ibadah, kami semua nengadah ke langit. Tadi salah satu biksunya sempat ngebahas soal bulan purnama malam itu, dan pas nengok ke atas, langitnya terang banget, karena bulan purnamanya udah kelihatan jelas 😀 Lagi-lagi pemandangan lain yang kayak lukisan, perpaduan altar dengan patung Buddha bersinar, bulan purnama, langit yang bersih, dan stupa menyala di puncak Borobudur yang berdiri kokoh.

KEREN KABINA-BINA *_*

Setelah ibadah, kami sampai di momen yang ditunggu-tunggu: mengikuti ritual Pradaksina (mengelilingi objek yang dianggap suci, dalam hal ini candi Borobudur, sebagai bentuk penghormatan sebanyak tiga kali sambil membawa lilin menyala). Sehabis itu… PELEPASAN LAMPION 😀

Sejak selesai ritual Pradaksina, gue taruh lilin yang tadi gue bawa di tempat yang tersedia sambil mengucapkan doa dan harapan gue, pun ketika lampion dilepaskan, kami semua menerbangkannya sambil mengucapkan doa dan keinginan 🙂 Persis kayak adegan Arisan!2, hehehe…

Suasana waktu ngelilingin candi sakraaal banget rasanya, didukung sama lagunya yang haunting itu… (nanti bisa didenger di video di bawah). Dan untuk pelepasan lampionnya sendiri… Words cannot describe how beautiful it was, really. Even my pictures won’t do any justice. YOU HAVE TO SEE IT YOURSELF. It was really really really beautiful and surreal, my God.

Pictures by: Wilian Hengky

Buat yang belum sempet datang tahun ini, masih ada kesempatan di tahun-tahun ke depan. Kalau pengen tau suasananya pas lampion dilepaskan, ini ada video buatan Adit (@wowadit) ketika pelepasan lampion berlangsung.

I hope you can experience this yourself one day, pretty peeps. Witness the beauty and say your prayers 🙂


9 comments

  1. aaaaaaaaaaa gw pengen banget kemaren ikut pelepasan acara lampion ini. Apa daya tanggal 8 ujian, jadi batal ke Yogya.
    Tahun depan kudu ikutan nih acara ><

  2. Tepppyyy, lo hrs nyoba ngerayain malam tahun baru di Amanjiwo, deket Borobudur. Biasanya tiap malam tahun baru, ada acara tradisional trs tepat di pergantian tahun, Borobudur disorot pake lampu persis kaya perayaan waisak ini. Dan itu baguuuuussss bgt!…

  3. kerennyaaaa. mau tanya nih, mending langsung ke borobudur ato ikut prosesi yang di candi mendut ya mbak?

    • terserah kamu, kalau pengen foto acara lengkap, ikutin aja dari Mendut… tp buat aku nggak terlalu special yang harus banget diikutin, dan hati2 copet ya, temenku hapenya dicopet waktu lg prosesi di Mendut karena rame BANGET…

      jd kalau mau efektif dan gak terlalu capek ke Borobudur aja 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s