Picture taken from: here

Tadi pagi gue baca postingan Smita yang ini dan kemudian ingin share ke kalian semua tentang satu blog teman kami yang bernama Ste. Untuk menyambut ulang tahun ke-27nya (And her birthday is today! Selamat ulang tahuuun, Ste!), Ste membuat suatu writing project yang dia namakan www.27daysofheartbreak.wordpress.com. Dan tulisannya baguuus sekali, bawaan gue pengen nangis mulu setiap baca, huhuhu… Kalau kalian follow twitter gue, mungkin sempet ngeh gue beberapa kali ngeRT postingan blognya. Inti ceritanya adalah si tokoh “Me” ini melewati hari-hari patah hatinya untuk bisa move on.

Baca deh. You’ll be amazed of how talented Ste is when it comes to writing. Even I’m still in awe.

Lalu gue juga jadi inget hari-hari ketika gue beberapa kali patah hati dulu.

Gue patah hati pertama kali waktu umur 17 tahun. Betapa polosnya gue yang waktu itu berpikir bahwa mungkin saja kamu akan selalu bersama-sama dengan pacar pertamamu sampai nikah. Well, ada sih yang begitu, tapi kebanyakan ternyata nggak, termasuk gue.

Percaya nggak, gara-gara patah hati waktu SMA, gue malah jadi dapet sahabat. Awal persahabatan gue dengan Opie terjadi di hari gue putus, sebelumnya kami berteman tapi nggak terlalu akrab. Kami berdua yang adalah ketua (Opie) dan wakil ketua OSIS (gue) waktu itu sedang mengurus sesuatu dan gue berjalan di sebelah dia layaknya zombie, mata gue kosong dan gue dieeem aja. Lalu Opie tanya gue kenapa, dan kami masuk ke toilet sekolah dan pertahanan gue bubar, gue nangis kejer banget di depan dia. Itu terjadi di tanggal 17 Mei 2004.

Dengan kapasitas perasaan anak umur 17 tahun, gue merasa waktu itu kayak akhir dunia banget. Namanya juga anak sekolahan belum ngeliat dunia, jadi mikirnya: “Kalo sayangnya sama yang ini, lalu kenapa harus sama orang lain?” Untung aja waktu itu belum ada twitter, kalo nggak gue bisa jadi Aurel kedua 😆

Dan kemudian setahun sisa masa sekolah (masuk 3 SMA), Opie jadi saksi mata gue menghadapi hari-hari patah hati. Nangis di toilet nggak cuma sekali.

Curhat teleponan ampe kuping panas? Checked.

Kagak selera makan? Yang ini sih awal-awal doang. Ternyata patah hati nggak mengurangi kerakusan gue 😆

Sleepover, nonton film-film sedih, makan es krim seliter sendiri dan sebagainya? UDEEEH!

Makin ngehek kalau pacaran sama temen satu sekolah, jadi pas putus masih tetep ketemu. Hanying itu nyiksa lahir batin. Tapi tentu saja itu tidak menghentikan saya dari pacaran lagi, mwahaha…

Dan tahu kan betapa hidup itu lucu? Delapan tahun kemudian, masa-masa itu bisa ditertawakan. Gue sekarang malah berteman baik dengan mantan gue itu bahkan bisa hang out bareng sama mantan jaman SMA gue yang lain *absurd 😆* Guess it was indeed a young love, eh?

Yang gue sadari setiap gue patah hati, adalah kutukan photographic memory gue yang membuat usaha melupakan jadi tambah susah. Biasanya kalo patah hati dan memellow, gue lari ke nulis atau nyari quotes, atau jalan-jalan sendirian. Gituuu aja terus sampe ketemu laki baru 😆

Tapi cerita yang gue ceritain di atas bukan major break up gue. Major break up gue terjadi dua kali dengan orang yang sama. Di kali pertama, perasaan disia-siakan-dan-kok-mau-maunya-gue-diginiin-tapi-gue-masih-sayang-banget-gimana-dong itu udah kayak whirlwind. Campur aduk nggak keruan rasanya. Kayak, otak udah tahu harus “pergi”, tapi hati masih bodoh untuk bertahan. Akibatnya balik lagi, balik lagi. Dan kami berputar dalam hubungan yang nggak sehat.

Dan kemudian hidup lagi-lagi menunjukkan selera humornya. Setahun kemudian, gue justru merayakan perkara patah hati gue. Nggak ada drama, nggak banyak bicara, nggak ada lagi perasaan berat untuk meninggalkan. Gue tutup buku begitu saja tanpa ada keinginan untuk menengok ke belakang sedikit pun. SE.DI.KIT.PUN. Dan photographic memory gue tiba-tiba tidak bekerja untuk hubungan gue yang ini.

Untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue nggak pernah merasa sekuat dan sebebas itu. Ternyata gue yang menye-menye ini bisa “tambeng” juga. Dan untuk pertama kalinya patah hati jadi kasus yang menyenangkan. Aneh, kan? Itu karena selama ini lo kasih hati lo semua-muanya sampai habis. Sampai lo kehabisan energi, sampe drained out, sampe lo jadi kangen diri lo yang dulu. Terus lo sadar, ini mungkin bukan patah hati. Ini merampas kembali hati yang sudah lo kasih dulu dan memberikannya ke orang yang lebih layak. Paling tidak, lo kembalikan hati lo ke diri lo sendiri.

Karena cinta harusnya bikin kita seneng, bukan sedih apalagi sakit.

Karena hubungan yang baik adalah yang bikin dua manusia jadi lebih baik dan saling melengkapi, bukan justru menghancurkan diri sendiri.

Ya, kan?

Dan lagi-lagi semua kisah patah hati gue, begitu gue tengok ke belakang, bisa gue tertawakan. Ada momen-momen nyesel, kayak… “YA ILAH NYEEET! Ngapain juga dulu gue segitunya sama dia, yah?” kalo tahu suatu hari nanti ternyata bakal mati rasa 😆

Tapi namanya juga hidup, namanya juga belajar. Kalo ada satu hal di dunia ini yang nggak akan bikin orang tobat, bahkan kalau hal itu dikategorikan sebagai dosa, itu cuma jatuh cinta. Orang bahkan rela patah hati dan melewati hari-hari setengah mati berjuang move on, semata-mata karena percaya, bahwa suatu hari nanti mereka akan menemukan orang yang tepat.

Sama seperti gue yang menikmati hidup bebas merdeka sekarang dan di saat yang sama meninggalkan perasaan gue di benua lain. Gambling, memang. Tapi rasanya, jatuh cinta nggak pernah sesantai ini. Dan sesudah melewati masa lalu yang bikin capek hati, rasanya gue butuh fase hidup yang bikin hati lebih ringan.

So, whatever will be, will be.

Jadi yang lagi patah hati atau yang udah gagal move on berkali-kali, please take this advice. Dunia itu luaaas sekali. Sabar sedikit aja, dan kamu akan mengerti rasanya ketika ketemu orang baru. Nggak usah sakit hati kalau mantan kamu udah nggak sayang lagi sama kamu, nggak usah sedih jadi jomblo, karena nanti kamu bakal ketemu sama orang baru yang jauh lebih baik dan bahkan menyayangi kamu lebih dari yang kamu kira.

Nggak usah dendam, fokus aja ke diri kamu sendiri. Belajar yang  bener, kerja yang bener, dandan yang bener, rawatlah diri kamu sebaik-baiknya, dan kejar semua mimpi-mimpi kamu. Be the BEST version of yourself and blossom as you should. Jangan pernah nurunin standarmu karena orang lain, jangan mau berubah jadi orang lain. Karena seperti pesan dari Smita ke gue dulu, “Orang yang sayang sama elo, karena elo, nggak akan mau lo berubah jadi orang lain.”

Nikmati aja dulu masa-masa dating around. Sampai ketika kamu menemukan orang itu, percayalah, dunia serta merta jadi lebih adil. Kamu sadar dulu nggak ada gunanya banget kamu nangis-nangis meratapi kepergian si mantan, justru sekarang waktunya tertawa, karena kamu udah jauh lebih baik dan bahkan menggandeng orang baru. Tell your ex(-es) to kiss your sorry ass goodbye! ‘Cuz he’s not getting you back. 😉

Patah hati? Nggak lagi jadi perkara. 🙂