(Financially) Independent Women


We_Can_Do_It_-5464

Gambar dari sini

Mimpi gue untuk menjadi perempuan yang mandiri baik dari segi kehidupan maupun segi finansial sebenarnya bukan berangkat dari semangat feminisme. Ya kali dulu kepikiran gitu-gituan.

Masa remaja gue bisa dibilang berat dengan keterbatasan uang saku dan financial plan keluarga yang buruk. Kami sampai di titik terendah ketika bokap pensiun, sementara gue baru mau masuk kuliah dan dua adik gue masih harus dibiayai sekolahnya. Gue liat sendiri bagaimana orang tua gue, terutama nyokap, berusaha memutar situasi yang nggak enak ini. Sayangnya, karena semua serba terbatas, akhirnya kami memang harus menguatkan diri bertahan dengan gaya hidup yang sangat sederhana bertahun-tahun lamanya, bahkan sampai hari ini, walaupun keadaan sudah lebih baik karena gue dan adik-adik sudah mulai bekerja.

Berangkat dari pengalaman masa remaja yang pas-pasan dan nggak enak, mau nggak mau gue harus kreatif untuk mencari sumber penghasilan lain. Gue memulainya dengan ngajar les bahasa Inggris part-time semasa gue kuliah dulu dan kemudian berlanjut ke kerjaan pertama gue sebagai sekretaris di usia 21 tahun. Emang duitnya juga nggak banyak, tapi ternyata punya duit sendiri itu enak banget, ya. Gue membandingkan diri gue ketika masih sepenuhnya bergantung pada penghasilan bokap yang kemudian berhenti pada saat dia pensiun, sampai akhirnya waktu gue mulai bisa cari duit sendiri. Apa bedanya? I feel empowered. Rasa “helpless” itu puji Tuhan perlahan-lahan hilang. Gue nggak serta merta jadi kebanyakan duit, tapi ada perasaan lega dan semangat untuk nyari duit lebih banyak lagi ketika menerima gaji hasil kerja sendiri, apalagi kalau bisa bantu-bantu orang rumah.

Sejak momen gue mulai nyari duit sendiri, gue berjanji untuk terus meningkatkan karier dan mencari segala cara yang baik untuk meningkatkan kelayakan hidup gue dan keluarga. Gue melihat sendiri bagaimana nyokap struggling, bertransisi dari kehidupannya sebagai ibu rumah tangga yang sepenuhnya bergantung sama penghasilan suami dan kemudian harus mengalami masa ketika penghasilan itu tidak ada, apalagi setelah pisah dari bokap. Puji Tuhan, walaupun harus melewati masa-masa susah, nyokap gue semangatnya nggak pernah mati untuk mengejar kebebasan finansialnya. Sekarang nyokap pelan-pelan melakukan usahanya sendiri untuk menghidupi dirinya dan membiayai kuliahnya. Yak, nyokap bilang dia pengen banget punya gelar S1 supaya paling nggak punya “pegangan” dan berdoa supaya dia dapat kesempatan kerja dan hidup yang lebih layak kalau punya status pendidikan yang lebih baik. Sekarang nyokap udah masuk semester 5 dan kuliah bersama anak-anak yang bahkan lebih muda dari adik gue yang paling kecil.

*brb nangis*

Senengnya, ternyata semangat mengejar kebebasan finansial ini memang sudah merajalela di kalangan perempuan Indonesia. Ya iyalah bok, masa nggak punya duit kita diem aja, we have our dreams to chase! Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, dari total 112 juta jumlah pekerja di Indonesia, ada 43 juta pekerja perempuan yang membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan menemukan kebebasan finansial. Para perempuan tersebut juga menemukan kebebasan dari sistem bekerja tradisional ke sistem bekerja secara freelance. Tren bekerja freelancing yang sedang menjamur menjadi kesempatan baru yang menjanjikanย  bagi jutaan perempuan ini, baik bagi yang membutuhkan penghasilan tambahan maupun bagi yang membutuhkan cara lebih fleksibel dalam bekerja yang disesuaikan dengan lifestyle mereka masing-masing.

Gue pun dikelilingi oleh teman-teman perempuan yang kreatif mencari duit dan tetap bisa mengurus rumah dan anak. Mulai dari yang jualan sambel jambal, cupcakes, steak, sepatu, pernak-pernik, baju, furniture, sampai jasa event organizing, content writing, dan digital campaign. Semuanya kreatif, semuanya jadi punya waktu yang lebih untuk melakukan hal-hal lain, dan hampir semuanya jadi lebih cekatan dan taktis mencegah momen-momen sepi job yang bikin penghasilan menurun.

Tentu saja ini nggak bikin perempuan kantoran nggak sama cekatannya. Gue pun saat ini masih ngantor 9-5 dan melakukan beberapa kerjaan freelance menulis. Kita semua punya cara masing-masing untuk menghidupi diri kita, tapi gue punya mimpi, mungkin nih suatu saat kalau gue udah nikah misalnya, gue bisa punya pekerjaan yang jauh lebih fleksibel dan tetap “menghasilkan” sehingga gue punya lebih banyak waktu untuk gue dan keluarga gue. Apa kata Mike Lewis nanti kalau gue nggak bisa meluangkan waktu buat dia dan anak-anak kami?ย  #digamparpembaca ๐Ÿ˜† ๐Ÿ˜† ๐Ÿ˜†

Buat temen-temen yang juga masih lari marathon mengejar kebebasan finansial (kagak kelar-kelar ya bok ngejer duit), semoga kalian bisa mendapatkan bahkan menciptakan kesempatan kerja untuk diri sendiri, ya! Kalau butuh referensi lowongan job freelance, coba deh klik: http://www.freelancer.co.id/ siapa tahu ada yang cocok ๐Ÿ˜‰

Semoga kita semua bisa mandiri secara finansial, bisa mengejar mimpi-mimpi kita, nggak lagi pusing kalau pengen beli ini itu atau pengen keliling dunia karena kita bisa bayar sendiri, dan bisa kipas-kipas pake uang sendiri while masih punya waktu untuk Mike Lewis keluarga ๐Ÿ˜€ย  ‘Cause you know what? We can do it! ๐Ÿ˜€

12 comments

  1. nice post! suatu saat nanti pengen punya penghasilan tambahan. yg pasti setelah anak2 gw tumbuh besar (sedikit lagi)….salam kenal ya teppy….keep inspiring

  2. Haiii, Teppy! Samaan sama mamamu, mamaku juga kuliah untuk bisa S1 di usianya yang sekarang 53 taun. ๐Ÿ˜‰ Eniwei, makasih udah bagi link-nya. ๐Ÿ™‚ Amiiinn bisa mandiri dalam segi kehidupan dan finansial! ๐Ÿ™‚

  3. Wow! This post has moved me. :”)
    Gue ga jauh beda dr lo, keluarga gue pun nggak punya financial plan yang baik. Kalo ga dpt beasiswa mgkn gue nggak akan punya gelar s1. Setelah lulus pun gue masih harus kumpulin hasil gaji yang nggak seberapa untuk bayarin utang2 ortu, dan pada akhirnya sejak bokap sakit, gue support ortu gue financially. While orang lain melihat itu sebagai beban, buat gue itu pride. =) mgkn lu bisa relate to it. =)
    Thanks for sharing teppy.

  4. Ho oh banget. Kalau pun sudah menikah memang tetap enak berpenghasilan. Supaya bisa bantu Suami dan gak ribet minta duit ๐Ÿ™‚

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s