Setelah gue cerita di blog soal (solo) Euro Trip gue tahun lalu, banyak yang nanya apakah gue sempet mati gaya dan takut pas di sana, karena udah jauh, di negara asing, perginya tiga minggu, terus sendirian pula.

Jawabannya: Alhamdullilah enggak 😀

Gue mungkin pulang pergi sendirian, dan di beberapa kota kayak Cologne (day trip), Roma (3 hari), dan Brugge (day trip) juga keliling kota sebatang kara, tapi di empat kota lain yaitu Amsterdam (5 hari), Paris (4 hari), Barcelona (3 hari), dan London (3 hari), aku tak seorang diri karena ada temen-temen. Tapi bahkan ketika sendirian, Puji Tuhan banyak ketemu orang-orang yang helpful.

Makanya gue bersyukur banget karena kalau jalan sama temen-temen yang tinggal di sana atau jalan sendiri tapi udah dikasih tips sama mereka, perjalanan jadi jauh lebih menyenangkan dan agak sedikit lebih mudah karena gue jadi nggak “ngeraba-raba” banget. Jadi selain udah riset soal ini itu, knowledge ketika jalan-jalan dateng langsung dari orang-orang lokalnya. Kayak waktu…

…di Amsterdam

Temen gue paling banyak ada di sini, jadi karena merekalah gue bisa ngerasain sepedaan ala warga Amsterdam selama dua hari karena dipinjemin temen gue, udah gitu kami ngiter-ngiter kota dengan serunya, secara temen gue ngerti jalan. FYI, kalo sewa sepeda mungkin sepedanya bagus ya, tapi aslinya, sepeda orang-orang Belanda itu… ummm… jelek-jelek. Pas liat aja gue heran, kenapa ni besi rongsokan masih bisa dipake jalan 😆 Nggak jarang sepeda-sepeda ini udah tua, usang, dan rada karatan, bahkan kaga ada remnya (sepeda gue noh, ALLAHUAKBAR!) padahal pengendara sepeda di Amsterdam udah kayak pebalap. Ganas bener. 😆

Hari pertama di Amsterdam. Kalo nggak ditemenin sama Mandy & Drew, kayaknya gue kagak bakal ngelewatin daerah sini, pake sepeda tukang pos begini pula.  Kagak ada remnya lagi 😆

Lewat temen gue juga, gue jadi bisa ngerasain ngafe di cafe lokal pinggir kanal yang nggak pernah didatangin turis, tepatnya di Cafe de Jaren di daerah Rokin, Amsterdam. Atau dibawa ke tempat makan patat, fries ala Belanda yang dimakan pake mayo nomer satu di Amsterdam. Gimana kita tahu mereka nomer satu? Karena tiap tahun ada review rankingnya, loh. Penting abis. 😆 Terus gue juga sempet main ke Museum Anne Frank dan kagak perlu ikuta ngantri panjang karena temen gue kerja di sana, mwahahaha… Pokoknya segala info tempat OK, tempat yang harus dihindari, makanan lokal yang  harus dicoba, beli ini itu di mana, dan berbagai informasi penting lainnya, I knew it from the best people!

Sama Merie, Ryo, Kim, dan Indah yang motoin kita – jalan kaki keliling Amsterdam ampe lodoh. 😆

…di Paris

Gue dihost sama temen gue, Christophe yang baik hati sekali! Tidak hanya gue dijemput dari stasiun kereta malem-malem, gue juga diajak liat kota Paris di malam hari pake mobil convertiblenya (walaupun akik besokannya flu karena kena angin malem, kenceng bener anginnya 😆 ). Ahey!

Gue, Juli yang lagi off duty dari terbang makanya nyusul akik (dia pramugari Qatar Airways), dan Christophe sang host di Paris tercinta!

Selain itu, Christophe juga tentunya ngerti jalan, jam terbaik untuk liat spot ini itu, restoran lokal non turistik yang enak dengan harga manusiawi (namanya L’Epicerie, google deh), tempat macarons terbaik (namanya Pierre Herme, because La Duree is so mainstream), dimasakin menu-menu Perancis kreasi dia (contoh: Burger Foie Gras, YASALAM ENAK BENER!), terus disuruh cobain wine, champagne, dsb, dibawa ke boulangerie (bakery) yang rotinya enak-enak dan murah (“PAUL” yang ada baru masuk Pacific Place Jakarta itu di sana terkenal karena mainstream dan sebenarnya banyak yang lebih enak katanya, di sana biasa ajun), teruus… kita jalan-jalan ampe gempor di Paris lebih dari empat jam, lewat jalan kecil sini situ, nemu tukang jual crepes yang enak, tahu sisi-sisi lain Paris tentunya karena jalannya sama Christophe yang ngerti Paris. Daaaan, yang paling gue suka adalaaah… belanja toiletries dan cosmetic di Perancis, karena lebih murah! Kalau kalian tau merk Avene, nah di sana harganya tuh sepertiga-nya di Jakarta. Dan di manakah gue beli produk-produknya? Bukan di kota Parisnya tentu saja. Jadi si Christophe ini tinggal sekitar 20-30 menit di luar Paris dan dia ngebawa gue ke shopping centre pinggir kota yang gede dan terkenal murah. Di sana ada banyak toko, terus ada drug store langganan dia yang terkenal suka diskon (di sini kayak Century gitu deh), JADI AKIK KALAP! Bahkan ada merk yang lebih murah dari Avene *nangis pelangi*

Di atas itu baru beberapa contoh aja dari tiga minggu perjalanan di sana, masih ada perjalanan di London di mana gue ditemenin sama pasangan baik hati lainnya yang gue kenal dari blog, Yuni & Pete. Masih ada Barcelona ketika gue dan Juli juga dibantu warga lokal walau ada kendala bahasa, di Roma gue dibantu sama om dan tante, supir hostel, dan supir bus dengan bahasa Tarzan, dan sebagainya yang bikin akik terhura sendiri… Bisa dilihat kan betapa bantuan dari teman-teman lokal itu sangat membantu mengisi perjalanan lo? That’s why I’m really really grateful, terutama kalo inget gue nggak bisa baca peta dan cuma bermodalkan daftar tempat yang udah gue riset dan jalur rute yang gue siapin dari sebelum pergi. Google maps cuma berfungsi di Amsterdam dan kalo ada wi-fi, sisanya wallahualam.

Banyak orang traveling dengan tekniknya masing-masing. Temen gue yang lain ada yang jalan-jalan full dengan bantuan apps kayak Trip Advisor dan Google Maps (yang emang nolong banget), ada yang kayak model gue –masih manual ngeprint itinerary dan dibantu temen-temen– dan ada juga yang nekat tanpa modal riset dan peta dan lain-lain. Nah, buat yang pengen ngerasain jalan-jalan dengan pengetahuan lokal kayak yang sempet gue alami tapi mungkin nggak ada temen di tempat tujuan, ternyata sekarang ada lagi nih portal yang bisa ngebantu traveler untuk makan, jalan-jalan, dan beraktivitas kayak warga lokal. Kemaren gue sempet baca di blognya Roy, namanya www.withlocals.com.

Jadi WithLocals ini tuh startup company dari Belanda (negara favorit akik setelah Indonesia!) yang konsepnya unik: ingin menghubungkan semua traveler di dunia yang ingin berwisata ke Asia melalui makanan (EAT with the locals), wisata (TOUR with the locals), dan aktivitas (ACTIVITIES with the locals). Mereka emang perusahaan Eropa, tapi saat ini murni fokus untuk destinasi Asia. Yang seru dan beda, menurut gue WithLocals jadi medium yang saling menguntungkan antara host dan traveler. Buat mereka yang pengen ngerasain makanan otentik di rumah warga negara yang dikunjungi dan ngobrol dengan orang lokal, bisa. Mau tur atau beraktivitas bareng untuk mengenal budaya negara tersebut, juga bisa, tinggal pilih paket yang kamu mau dan yang harganya sesuai untuk kamu. Untuk hostnya juga pasti menguntungkan, karena nggak cuma ini jadi alternatif untuk nyari pemasukan tambahan, kita juga bisa memperluas pertemanan & networking PLUS melatih skill tourguiding kita (bonus Bahasa Inggris makin lantjar), and the money goes straight to you 😀 Seru yah! Lumayan kan kalau kalian pengen jalan-jalan dan di sana clueless pun nggak ada temen, bisa ikutan ginian 😀 I might wanna do it for another solo trip this year 😀 Oh, yang mau coba jadi host di Indonesia, WithLocals juga memasukkan Indonesia sebagai tujuan wisatanya, so you can actually create a package for the travelers too! 😀

Dinner East Meets West: Lunch, afternoon tea, or dinner with both  British & Sri Lankan dishes and a fusion of the two.

Santai-santai di Sticky Waterfall di Chiang Mai kayak orang lokal. Gile asik abis ini!

Jadi tea plucker a.k.a pemetik daun teh di Sri Lanka 

Jadi gimana? Paling nggak kalau jalan-jalan di Asia udah nggak khawatir lagi kan kalo nggak ada temen? Banyak kegiatan seru yang bisa lo lakukan sama orang-orang lokal yang paling tahu soal negaranya, asik banget pasti pengalamannya. Biar bisa nyombong, “Lo liburan ke Bangkok doang? Gue dong leha-leha duduk di air terjun di Chiang Mai!” Baru tahu kan lo ada air terjun bisa didudukin? 😆 Anti mainstream dan jadi pengalaman yang beda! 

SELAMAT JALAN-JALAAAN! 😀