Jadi kemaren malem gue nonton konsernya Tulus di Balai Kartini… Cerita konsernya nanti nyusul, ya. Nggak usah ditanya bagus atau nggak, bagus banget kalo buat gue, dan banyak kejutan manisnya 😀
Anyway, sebelum nonton konser ini gue udah dengerin semua lagu-lagunya, tapi kemarin setelah denger lagu ini live, gue baru ngeh sama kalimat terakhir di liriknya yang gue suka BANGET. Kayak “nyesss” banget gitu, karena gue ngerti banget rasanya, dan mungkin lo juga 🙂
Ini bukan semata-mata soal percintaan, ya. Menurut Tulus sendiri ketika dia menceritakan latar belakang lagunya, lagu ini ditulis waktu suasana hati dan kondisi fisiknya lagi capek. Dia bilang dia waktu itu lagi sendirian dan kalo nggak salah abis show/tour atau semacamnya, dan dalam kondisi capek itu, 15 menit kemudian terciptalah lagu ini terinspirasi kondisinya saat itu.
Pokoknya dia cerita kalo dia bersyukur banget sama berkah yang dateng ke hidup dia, nggak nyangka penerimaan masyarakat buat musiknya tuh sampai sebegitunya, bener-bener nggak kebayang sebelumnya. Nah, walaupun mungkin kadang kita berhadapan sama kondisi yang too good to be true, sibuk sana sini, rejeki berlimpah, orang tiba-tiba jadi super welcome dan merasa dekat sama kita dan lain sebagainya, kan kadang ada ya momen-momen capek pengen sendiri, atau kadang mood nggak selalu OK, dan lain sebagainya. Sebagai penyanyi mungkin dia dituntut selalu ceria dan prima di atas panggung dan di depan layar, tapi mana ada yang tau kalau sang penyanyi lagi kecapekan, bete, ada masalah, stress, dan lain-lain. Maka musik jadi tamengnya, karena lewat musiklah dia “mengekspresikan” kehidupan dan emosi aslinya, tapi di saat bersamaan, kita nggak bisa nyentuh hidupnya lebih jauh lagi selain melalui musiknya, karena nggak ada yang tau. Itu interprestasi gue dari cerita Tulus kemarin.
Kalo lo perhatiin, liriknya menggambarkan profesinya ini, cuma gue bisa ngerelate kata-katanya ke hidup sendiri aja. All you see here are mostly happy stories. My Instagram photos are only the happy and exciting ones I wanted to keep, but nobody will ever know the whirlwind that is happening behind those smiles. The life I display is faaar less complicated than what really happens. Because not every story has to be told. Maybe you feel the same too. 🙂
Maka jatuh cintalah saya pada lirik terakhir di lagu ini…
konser Tulus itu selalu ada kejutannya Tep…dan susah move on banget dari konsernya ini!!
Aaah tuluuuuuuuus… lyric semua lagu2nya memang penuh arti dan ngena banget
Jadi ingat twit Vabyo beberapa hari lalu, yg kurang lebih gini: posting yang bagus-bagus di Instagram tapi untuk cerita sedih cukup ditulis di diary aja.
All of us have our own way to keep the sadness, I think.
dan akupun terlalu judes sama jalanannya yang bikin gagal melihat doi konser 😦
eee lha kapan konsernya kok saya gak ada kabar-kabar. Sudah lewat yaa (kudet)
menyimak saja, kunjungan perdana ni, salam perkenalan dan salam persahabatan y ^_^
salam kenal juga, Putriii! ^^
Yeeess.. kita sama neng Teppy. Diluar sana orang lihat kita selalu ngerasain manis-manis, padahal pahit juga mampir. Tapi takapalah.. cukup kita yang tau cerita getir ini..
Bila kau pikir aku sekuat itu.. dua, empat, tujuh aku bahagia.. Kau.. salah kawaaann..
Selama kulihat engkau senang, yang lainnya kusimpan sendiri.. 😀
*peluuuk*