Menciptakan Kebahagiaan


Gue adalah salah satu orang yang percaya sama kata-kata “Life is what you make it.” Bahwa terlepas dari semua situasi yang terjadi di hidup kita dan perasaan-perasaan yang muncul akibatnya, pilihan tetep ada di tangan kita mau gimana nanggapinnya. Nggak peduli kita miskin, pas-pasan, atau kaya banget sekalipun, setiap orang pasti adaaa aja masalahnya. Yang membedakan adalah bagaimana dia mempresentasikan dirinya ke luar, sehingga orang sampe nggak tahu kalau dia lagi punya masalah.

Nah, ini juga yang jadi prinsip hidup gue, dan mungkin temen-temen semua, kalau hidup itu harus happy! Mau lagi susah, marah, atau sedih kayak apa pun, jangan sampe kitanya keseret dan jadi orang yang bitter dan negatif, apalagi jadi nyakitin orang lain. Nggak mungkin juga kan gue koar-koar ke seluruh dunia soal permasalah hidup gue. Paling cukup cerita ke beberapa sahabat, itu juga kalo bisa jangan sering-sering, apalagi kalo yang dikeluhkan masalah yang sama. Intinya sih, (menurut gue) mengeluarkan emosi boleh, apalagi kalo lagi senep banget, tapi ya itu tadi, jangan sampe berlarut-larut.

Kebetulan beberapa waktu lalu gue sempet baca preview buku barunya Mas Adjie Silarus. Gue sendiri baru denger namanya dan baru tahu kalau profesinya adalah sebagai praktisi mindfulness. Mas Adjie ini adalah seorang lulusan Psikologi UGM yang sejak tahun 2010 sampai sekarang sering diundang berbagai perusahaan untuk berbagi mengenai “mindfulness” melalui berbagai pelatihan, seminar, dan konsultasi ke orang-orang yang merasa membutuhkan solusi untuk meningkatkan fokus dan pro­duk­tiv­i­tas kerja, men­cip­takan hidup baha­gia dan ten­ang, cara men­gelola stres, cer­das emosi serta hubun­gan damai den­gan sesama.

Nah, mindfulness sendiri kalo gue cari artinya di Wikipedia kurang lebih gini nih:  a state of active, open attention on the present. When you’re mindful, you observe your thoughts and feelings from a distance, without judging them good or bad. Instead of letting your life pass you by, mindfulness means living in the moment and awakening to experience.

Kurang lebih buku barunya ini menceritakan dengan runut langkah-langkah untuk sampai di titik mindful, atau dalam bahasa Indonesianya, sesuai dengan judul bukunya, “Sadar Penuh, Hadir Utuh.” Salah satu contoh singkatnya, kalo lagi ngedate jangan sambil mainan hape, kasian yang diajak ngedate, hehe… Atau kalau lagi ngerjain tugas jangan sambil browsing sana sini atau sibuk buka Path, Pinterest, Instagram, dan sebagainya… no wonder deadline has the word “dead” in it. Emang mampus beneran ketika kerjaan nggak kelar-kelar gara-gara fokus kita ambyar ke sana ke mari.

1424860318350

Tapi di postingan ini gue lagi nggak pengen ngomongin fokus, biarkanlah itu jadi bagian Mas Adjie ketika kalian ketemu orangnya atau baca bukunya nanti. Bab yang menarik perhatian gue justru adalah “Menciptakan Kebahagiaan.” Kenapa? Karena ini gue banget. Bukannya gimana ya, pernah satu waktu gue dapet pertanyaan dari beberapa orang yang nggak deket-deket banget sama gue, jadi kayaknya tahu kehidupan gue dari semua platform social media gue, termasuk blog ini. Pertanyaannya adalah…

“Lo nggak pernah sedih ya, Tep?”

YA NURUT LAU? HELAUUU 😆

Mana mungkin akik pajang foto sedih di Instagram. Selain nggak ada gunanya juga merusak estetika, hahahaha… Tentu saja akik pernah sedih dan stress sebagaimana manusia pada umumnya. Apalagi kangen. Kangen juga sering. Cuma  kangen yang bikin sedih gitu (kaga dipancing aja curhat sendiri gini, hauahaha). Cumaaa, biasanya gue punya tips dan trik sendiri untuk bikin hepi diri sendiri, terutama karena gue easy to please. Nah, ini nih yang mau gue coba relate sama bab “Menciptakan Kebahagiaan”-nya Mas Adjie, walaupun nggak ketiplek sama, yah.

1. Memaknai Kesederhanaan & Jangan Lupa Bersyukur

Karena gue besar di lingkungan yang tidak dikelilingi kemewahan, maka definisi “senang” di hidup gue tidak identik dengan harta atau hal-hal luks lainnya. Senang definisi gue ketika kecil dulu adalah bisa main hujan sama anjing gue, diboleh beli es krim Wall’s yang lewat depan rumah sama nyokap, makan pizza sama keluarga, atau bisa loncat main karet sampe level kepala *penting* 

Intinya, kalau ketika kecil dulu gue bisa segitu gampangannya dibuat hepi, terus kenapa pas tua kudu high maintenance (kalo emang nggak mampu)? Contoh nyata di hidup gue adalah ketika dua tahun lalu kosan gue tercinta di SCBD harganya naik, dari 1,5 juta yang masih kebayar, sampe  tau-tau ibu kosnya naikin kosnya langsung jadi 2,5 juta dengan alasan baru renovasi. KAN KESEL. Mana gue udah keburu jatuh cinta sama lingkungannya, deket kantor pula. Lalu apa yang terjadi? Ternyata tukang ojek langganan gue hapal berbagai lokasi kos-kosan di sekitar SCBD, dia bawa gue satu-satu sampe gue menemukan kosan gue yang sekarang. Harga kamarnya sama kayak harga pertama kosan gue yang lama, tapi… kamar mandi luar dan nggak pake AC, sementara kosan lama gue pake AC. Tapi senengnya, di sini kosannya luas, temennya banyak, ibu penjaga kosnya baik banget, bahkan dia nerima jasa nyuci baju (nggak ada batasan stel) dan mau masakin gue. Biasa gue hire buat mijet juga dan mijetnya enak banget, hauahahaha…. Di kosan yang lama justru gue harus nyuci dan setrika sendiri dan masak sendiri (yang mana hampir selalu gagal karena nggak enak, LOL). Jadi gue hepi-hepi aja tidur dengan kipas angin, toh kamarnya juga kagak panas-panas amat dan lokasi kosnya bener-bener strategis di tengah-tengah Senopati. Gue jadi gampang banget ke mana-mana. See? Ketika ada hal yang dikorbankan, bukan berarti idup jadi makin nelangsa. Lingkungan baru gue malah enak banget 😀

Hal sederhana lainnya adalah bisa makan enak! Makan enak tuh nggak mesti makan di tempat kece yang harganya ratusan ribu, tapi nemu warteg murah yang lauknya bersih dan enak, atau… lagi ngantuk tau-tau ujan, jadi tidurnya makin afdol karena adem, lagi jalan kaki dalam rangka menghemat ongkos pulang kantor, tau-tau ojek langganan lewat nawarin nganter gratis (TRUE STORY :p), atau mesen taksi terus sopirnya ramah banget dan ngerti jalan. Seneng, kan? Yang penting apa pun itu, disyukuri aja 😀 When you have a grateful heart, life is much more bearable. 😀

 2. Berkawan dengan Stress dan Rasa Sakit

Namanya juga idup, hari-hari kita nggak selalu cerah ceria layaknya 10 hari pertama setelah gajian. Pasti ada juga masa-masa ngeheknya, entah itu di kerjaan, kuliah, sekolah, atau di kehidupan pribadi. Sebagai anak yang gemar bikin daftar nggak penting di luar to do list, gue suka bikin daftar hal yang bikin gue hepi. Ini kebiasaan dari SMP dulu. Entah itu hal-hal yang bisa dicapai jangka pendek atau jangka panjang, yang jelas, nulis ginian aja gue udah hepi. Daftar inilah yang kemudian gue jadiin acuan reward gue di kemudian hari.

Contoh: Hari ini gue meeting di sana sini dan ada deadline yang harus gue submit ke bos. Belum lagi ada urusan rumah yang harus diberesin, dan ada side job yang harus difollow up juga. Kalo badai lagi menghadang kayak gini, biasanya gue akan mengacu pada daftar restoran atau coffee shop baru yang belum gue kunjungin. Pokoknya malemnya harus makan enak! Besok harus nyobain coffee shop ini, dan sebelum tidur mau gosipan sama sahabat gue (yang udah ketebak isi obrolannya sampah sesampah-sampahnya :lol:). Atau kadang gue bikin daftar film yang pengen gue tonton dan malemnya gue suka ke bioskop sendiri atau berdua sama temen kantor. Pokoknya sejumpalitan apa pun hari itu, hari gue harus ditutup dengan benar. Kalau badainya berhari-hari, ya weekendnya harus seneng-seneng. I think self rewarding is very helpful!

Lalu bagaimana dengan rasa sakit? Well, I think everybody has been damaged. Terlepas dari seberapa parah kasusnya, secara perasaan, menurut gue sih kita bukan manusia yang bener-bener utuh. Sejarah rasa sakit pasti ada. Gue nggak pernah bilang gue handal dalam urusan ini, tapi gue bisa bilang, gue terbiasa berkawan dengan rasa sakit. Apakah gue udah “sembuh”? Nggak tahu juga. Yang jelas kalo gue sedih, biasanya yang gue lakukan adalah:

a. Nangis

b. Kalo nggak bisa nangis (kadang suka gini), gue akan cerita ke temen gue atau nulis/cari quotes yang sesuai keadaan, yang penting jangan dipendem sendirian. Berdoa juga membantu sih, tapi ini tergantung masing-masing orang.

c. Hapus SEMUA hal yang berhubungan dengan masalah SAAT ITU JUGA. Paling gampang kita ambil contoh urusan percintaan, ya. Ini sih karakter guenya aja. Jadi misalnya gue putus pacaran tanggal 5, tanggal 5 ini juga semua e-mail, chat, foto, dll yang berhubungan dengan mantan akan gue hapus dari gadget gue, berikut kartu dan hadiah yang sekiranya nggak ada gunanya untuk disimpen, buang wae. Kalau putusnya baik-baik, biasanya nomer akan tetep gue simpen. Kalo nggak, ya hapus aja. Pertemanan di social media juga udah pasti bakal putus. Bukan berarti kita jahat sama orangnya ya, tapi kalo gue nggak pernah merasa perlu untuk menyimpan memori apapun akan masa lalu yang nggak perlu dikenang, karena nggak ada gunanya. Kenapa? Karena penyakit utama manusia tuh ada di pikiran. Barangnya dibuang aja kita masih bisa kangen orangnya, apalagi disimpen-simpen. Sistem tutup buku instan ini udah gue terapkan 5 tahun belakangan dan sampai saat ini bekerja dengan efektif di gue. Entahlah kalo di orang lain. Ada yang kayak gue juga nggak?

Satu lagi, buat gue, berkawan dengan rasa sakit adalah perkara menerima kenyataan. Menerima kalo kita sakit hati, menerima kalau kita belum bisa maafin dan nggak wajib juga maafin cepet-cepet, menerima kalo kita juga bisa bikin salah, dan menerima kalau orang yang dulu punya sejarah sama kita, udah nggak bisa lagi ada di hidup kita. Nggak cuma urusan percintaan kok, contoh lainnya menerima kalo kita gagal atau performa kerja lagi kurang OK dan sebagainya juga penting, supaya kita jadi nggak berat ngejalanin hidup. Oh ya, think happy thoughts! Ketika sudah cukup lama berkutat dengan rasa sedih, marah, dan stress, pikirin aja hal-hal yang bikin lo hepi. Bisa dengan beli es krim kesukaan pulang kantor, menyendiri di coffee shop favorit, traveling sendirian atau sama sahabat, atau kenalan sama temen-temen baru, misalnya.

Because after all, life is what you make it 😀

Selamat menciptakan kebahagiaan, teman-teman!

PS. Bukunya Mas Adjie, “Sadar Penuh Hadir Utuh” udah bisa dibeli di toko buku tanggal 24 Maret 2015, sementara pre-order dimulai dari 2-11 Maret 2015. Untuk tau lebih lanjut tentang Mas Adjie dan bukunya, bisa cek situsnya: www.adjiesilarus.com dan twitter TransMedia. Akan ada 20 tiket kelas “Sadar Penuh” dari Adjie Silarus untuk pembeli PO yang beruntung! 😀 


wiki2

Image smiley diambil dari sini.

32 comments

  1. Tep….bagus keknya tuh buku.

    Eh tuh bu kost yg dulu ngehes bener ya naikin harga…
    True of what you said.tapi ibu2 labil macam gue kadang masih kebablasan posting yg ga penting (yg pait2)

    • ceki-ceki aja nanti bukunyaaa 😀

      gapapa sih menurut gue mah kalo sesekali post yang pait-pait, namanya juga nyalurin emosi 😀

  2. Baca ini, terasa banget energinya: “Buang perasaan negatif dan lihat sesuatu yang terjadi dengan sudut pandang yang asik.” baca ini rasanya hidup ini ringan, dan masalah tetep ada, jadi tinggal dilakukan saja, tinggal cari sesatu yang bikin kamu senang. Kalo saya, reward di sela-sela kesulitan, biasanya jalan kaki ke taman sambil jajan :b

  3. Jadi inget pas bapak kena stroke en gak bisa nelen.., sering lupa bahwa masih bisa nelen makanan itu harus banget disyukuri..

    Btw, postingan ini bikin semangat kerja deh.. :d

  4. oh tep..tulisan ini ngena banget ama kondisi aku skrg…mau menghapus semua rasa kecewa susah bener..btw, pre order dah bisa hari ini kan ya?harus beli 🙂 makasih ya infonya…

  5. Selama ini cuma silent reader aja, tapi gara-gara baca ini jadi gak tahan buat komen. Suka banget sama post yang ini. Sangat menginspirasi, hehe. Salam kenal yaa..

  6. setuju banget ama tulisan ini dan tentunya “Because after all, life is what you make it ” dan belajar menerima dan let it go itu penting….
    btw, ditunggu ya review suka2nya fifty shades of grey #teteup

  7. Tulisannya bener2 ngena bgt. Bagian favorite adalah tentang masalah kostan. Bikin saya realize kalau kebahagiaan itu adalah bagaimana kita mensyukuri dan menghargai hal2 di sekitar kita. Salam kenal dan terus berkarya ya 😊

  8. Setuju bgt teppy! Gue kadang juga suka gtu tuh, dikira orang seneng terus. YAKELES.

    Btw gue kira poinnya ada banyak loh, ternyata cuman 2! Hahaha :p

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s