Sebelum tahun ini berganti lagi dan cerita-cerita traveling gue yang lalu mengendap semakin dalem, lebih baik gue mulai mecut diri lagi untuk nulis ceritanya di blog. Kali ini gue mau nyeritain perjalanan singkat gue waktu ke Madrid di tahun 2014, sebuah perjalanan lanjutan bareng Heineken setelah sebelumnya kami para pemenang campaign Heineken Ibiza Final 2014 menghabiskan tiga hari di Ibiza.
Karena gue selalu suka kota (ketimbang pantai dan gunung), maka nggak butuh waktu lama untuk bikin gue jatuh cinta sama Madrid, walaupun gue cuma menghabiskan dua hari di sana. Kalau Roma masih punya kesan “tua” dan kusam buat gue karena bangunan-bangunan lamanya, maka Madrid gue rasa lebih modern tanpa kehilangan sentuhan historikalnya. Dan rasanya lebih “hidup” juga dibanding Barcelona yang menurut gue turis banget dan mayan laid back. I might be wrong, but that’s my 2-day impression. I would definitely love to go back here!
Hari pertama nyampe, cuaca mayan enak walaupun anginnya rada-rada bikin semriwing juga kadang, hahaha… Kelar beberes dan istirahat singkat di hotel, kami jalan-jalan bentar ke Plaza de Espana yang lokasinya deket dari hotel. This place is basically a large square and tourist spot (and a garden too) that features Miguel de Cervantes Saavedra‘ monument, a major Spanish novelist/poet/playwright who wrote Don Quixote. Monumennya dirancang oleh dua arsitek bernama Rafael Martínez Zapatero dan Pedro Muguruza dan pemahat Lorenzo Coullaut Valera. Sebagian besar monumennya dibangun antara tahun 1925-1930 dan diselesaikan pada tahun 1956-1957 oleh Federico Coullaut-Valera Mendigutia, anak dari pemahat pertama, Lorenzo Coullat Valera. Nah, di kanan kiri monumen utama ini ada dua pahatan lain yang merepresentasikan “true love”-nya Don Quixote, yaitu wanita petani sederhana bernama Aldonza Lorenzo dan satu lagi perempuan cantik imajiner bernama Dulcinea del Toboso (yang karakternya nggak pernah muncul di buku, jadi cuma khayalan aja, dan ternyata inspirasinya adalah Aldonza Lorenzo, so they’re basically the same person with different representations #KUSUT)
Don Quixote and Sancho Panza
Atletico Madrid’ Stadium – Estadio Vicente Calderon
Setelah foto-foto di Plaza de Espana kami melanjutkan perjalanan untuk numpang foto di depan stadionnya Atletico Madrid yang baru aja kalah sehari sebelumnya dari Real Madrid. Suasana kota Madrid itu emang lumayan hyped sih, ya abis dua klub kotanya baru aja tanding, so I think win or lose, a celebration will happen anyway, cuma ya emang kasian aja pendukung Atleticonya, pasti anyep. 😆 Padahal gue sempet ngejagoin underdog ini, biar seru aja gitu kan, sekali-kali yang menang bukan yang biasa juara (sok ngerti amat lau, Tep :lol:). Tapi yaaa… emang Real Madridnya jago, sih. Nah, yang gue suka dari stadion ini karena separuh dari bangunannya dibangun di atas terowongan! Coba ngana liat di bawah. Ini gue yang norak apa emang keren, ya? Nggak kebayang aja gue kalo Gelora Bung Karno di bawahnya ada jalanan buat lalu lintas. Serem aje. 😆
Anyhoo, Atletico Madrid ini kalo di UEFA adalah klub Spanyol ketiga tersukses setelah Real Madrid dan Barcelona, sementara kalau di Spanyol sendiri dia adalah klub keempat tersukses setelah Real Madrid, Barcelona, dan Athletic Bilbao. Nah, kalau biasanya home stadiumnya mereka ini adalah Vicente Calderon seperti yang kita liat di bawah ini, maka di tahun 2016 ini mereka bakalan pindah ke Estadio La Peineta yang bisa menampung sampai 70,000 penonton (Vicente Calderon cuma bisa nampung 54ribuan orang).
Apartemen yang letaknya persis di seberang stadion Atletico de Madrid
Tuh kalau kalian liat, separuh stadionnya nggak “napak” tanah, tapi jadi satu sama terowongan yang dipake untuk lalu lintas. Buat gue ini keren banget (apa udah biasa ya di dunia arsitektur?), sekaligus serem takut roboh pas lagi penuh, nyahaha
The Real Madrid Experience: La Decima Celebration
Karena waktu itu kami sampe tepat sehari setelah kemenangan Real Madrid di Piala Champion 2014, maka suasana perayaan di kota ini lagi meriah banget. Apalagi ini adalah kemenangan ke-10 Real Madrid, makanya dikasih sebutan “La Decima.” Semeriah apakah perayaan hari itu? Well, di Puerta del Sol waktu itu udah berkumpul ribuan pendukung Real Madrid yang mau nyambut bis para pemain yang akan ngelewatin jalan tempat mereka berdiri (untuk menuju stadion Bernabeu). Rameee banget, dan bendera klub dikibarkan di mana-mana, bahkan di bangunan di deket situ. Sampe bis kami yang ngelewatin jalan yang sama aja ikut disorakin, DIKIRAIN PEMAIN MADRID. YA KALEEE hahaha 😆 But it was so fun! Such a historical day.
https://www.instagram.com/p/obn2ORnfNx/?taken-by=josephineagnes
Oh, informasi dikit, Puerta del Sol adalah salah satu daerah tersibuk dan paling terkenal di pusat kota Madrid, dan merupakan jantung kotanya Madrid karena terletak di posisi 0 kilometer. Biasanya orang-orang di Madrid ngerayain tahun baru di sini (di mana di tempat yang sama berdiri menara jam Puerta del Sol) dan ditayangin live di televisi. Nah, mereka punya tradisi “Twelve Grapes” (of luck), yaitu makan anggur (yang dianggap sebagai simbol kemakmuran) ketika jam menunjukkan pukul dua belas malam, memasuki tahun baru
Tambahan:
Malemnya kami sempet berusaha masuk ke stadion Bernabeu karena pengen banget nonton perayaan kemenangannya, apa daya tiket udah habis *ya think?!* Jadi kami keliaran di sekitar stadion aja ngerasain hypenya. Mayan kebagian liat kembang apinya dan denger suara riuh rendah dari dalam stadion. LOL.
Ternyata sama aja kayak GBK, banyak merchandise palsuannya *nurut ngana* 😆
https://www.instagram.com/p/ocAC12HfOZ/?taken-by=josephineagnes
Makan di Madrid
Di Madrid kami sempet makan bareng dua kali. Yang pertama, kami dinner di Cafe de Oriente, salah satu restoran tua yang terkenal di Madrid. Terkenal karena banyak orang-orang penting yang udah ke sini kayak Raja Spanyol, (alm.) Paus Yohanes Paulus II, dan lain-lain. Letaknya di deket gedung Opera-nya Madrid dan Royal Palacio. Kalo makan di bagian luar, bisa sambil duduk ngadep taman dengan view istana. Bagus, deh!
Ruangan private dining ini dinamai La Abuela yang artinya “Nenek” dalam Bahasa Spanyol.
YUMMERRRSSSS!
Ini gedung operanya
Nah, di hari kedua, kami makan siang di restoran yang namanya Los Galayos. Letaknya juga ada di spot yang terkenal di Madrid, yaitu Plaza Mayor. Plaza Mayor ini square utama di Madrid yang letaknya juga persis di tengah kota dan nggak jauh dari Puerta del Sol. Plaza Mayor dikelilingi oleh bangunan-bangunan residential tiga lantai dan di tengahnya berdiri monumen perunggu King Phillip III yang dibuat tahun 1616 oleh Jean Boulogne dan Pietro Tacca. Total akses masuk/keluar di square ini ada 9 (sembilan) akses.
https://www.instagram.com/p/odbD-NnfIj/?taken-by=josephineagnes
Lunch ala Spanyol. Ikan Doradanya enak banget~~~ Cheese platternya juga nggak kelar-kelar gue ganyang. Pokoknya, semua enaaak! 😆
Oh I love the idea of drinking wine anytime of the day! Also I was lucky enough to hang out with these guys and get to know them a lil. Mas Rully, you’ll be missed. 🙂
Bersambung ke postingan bagian ke-2, yaaa! 😀
Note:
Photos were taken 95% by me and the fish-eyed ones by either Gane or Cesar. Sorry guys, I forgot which one, but thank you for taking those. LOL.
[…] Teppy benar-benar dilakukan via email. Wawancaur diedit sesuai kebutuhan. Gambar dipinjam dari sini. Terima […]