Seumur hidup, gue belum pernah ngerasain bangun pagi, sarapan, dan males-malesan dengan pemandangan gunung, lautan awan, pepohonan hijau di depan mata, PLUS udara yang super bersih… sampe April 2015 lalu. Naik gunung dan ngeliat pemandangan yang sama sih pernah, cuma waktu itu kan engap, nggak ada enak-enaknya. Pengalaman tiap liburan ke Puncak juga nggak ampe gitu-gitu amat kecenya. Nah, kalo yang ini rasanya kayak bangun di tengah-tengah lukisan “hidup.” Di mana emangnya?
Di Manulalu B&B, Bajawa, Flores, alias kampung halaman beta~~~ Bajawa sendiri adalah kota kecil di Flores tengah yang terletak di ketinggian 1,100 meter di atas permukaan laut, dan merupakan ibukota dari kabupaten Ngada. Lansekapnya didominasi oleh pegunungan dengan Gunung Inerie sebagai objek utama. Gunung Inerie adalah gunung berapi yang masih aktif dan tingginya mencapai 2,245 meter dan bentuknya menjurus segitiga sama sisi dengan puncak yang lancip. Katanya untuk ngedapetin pemandangan Inerie yang sempurna kayak piramida, kita bisa ngeliat dari Aimere di selatan Bajawa. Letusan terakhir dari gunung ini sempat terjadi di tahun 1970. Kalau kalian berminat untuk ngedaki gunung ini, kalian bisa mulai dari Bajawa atau desa Watuzape dan akan menghabiskan waktu kira-kira tiga jam untuk sampai ke puncak. *gue mah ogah* 😆
Balik lagi ke Manulalu, gue sempet stay di sini waktu tahun lalu jalan-jalan seminggu dari Labuan Bajo sampe Kelimutu. Selain Labuan Bajo, Manulalu jadi salah satu tempat paling memorable buat gue selama di Flores. Kebetulan yang punya sekaligus ngelola adalah kakak sepupu gue dan pacarnya. Suka suka sukaaa sama tempatnya! Kalau aja Jakarta-Flores sedeket itu, mungkin tiap lagi stress di sini, gue tinggal koprol dikit terus menyepi ke sana. Sayangnya nggak sedeket itu, hiks.
Jadi kenapa kamu harus ke Manulalu?
Satu, karena pemandangan dan suasana dalam rumahnya kayak gini…
Kalau malem kedinginan atau bosen? Tenang, bisa nongkrong deket perapian kek orang-orang ada gitu #apeu 😆 atau nonton DVD! Waktu itu gue, Donna, sepupu gue, dan satu tamu lain malah nyari penyakit nonton film horor malem-malem 😆
Kalau bosen hang out di dalam penginapan, kita bisa jalan-jalan pagi/sore juga di sekitar situ… soalnya ada panorama spot! Tinggal bayar 2,000 rupiah terus bisa foto, nikmatin pemandangan, ngelamun, kayang, serah lo dah pokoknya, tapi yang jelas panorama spotnya baguuus~~~ Gue suka banget duduk di situ, pasang iPod (yah lagunya kira-kira Coldplay atau John Mayer lah) terus ngelamun.
Halo Kak Ovaaaz!
Harga akomodasi kamar di Manulalu B&B
Sampai saat ini jumlah kamar di Manulalu ada 8 kamar dengan harga per malam 500 ribu. Jangan lupa bawa jaket dan selimut ekstra karena di sini dingin banget. Untung gue uda terbiasa sama udara Belanda ye kan, jadi dingin nggak masyalah *dibuang ke jurang* 😆
Kalau kalian mau baca review tempatnya, silakan cek Trip Advisor dan kalau mau reservasi, bisa klik di sini atau langsung telepon/kirim email ke sini.
Sekalian ketemu bokap di sini tahun lalu~~~
Dua, karena ada Wisata Budaya Kampung Adat Bena.
Nggak sah rasanya kalo lo ke Bajawa tapi nggak mampir ke Kampung Adat Bena. Kampung ini adalah salah satu kampung di Flores yang masih menjaga keotentikan tempat dan adat istiadat sejak jaman leluhur.
Sampai saat ini berbagai upacara dan ritual adat masih sering diadakan di desa ini untuk mempertahankan komunikasi dengan leluhur. Macam-macam ornamen dan peralatan upacara adat yang terdiri dari bebatuan besar tersebar di sudut-sudut desa ini dan semuanya dipertahankan dari jaman megalithikum. Di antara hamparan rumah-rumah mereka yang atapnya terbuat dari serat ijuk, lo bisa nemuin beberapa rumah yang ada patung pria lagi megang parang dan lembing di puncak atapnya. Itu nandain kalo rumah itu adalah rumah keluarga inti laki-laki dan disebut Sakalobo. Sementara rumah keluarga inti perempuan dinamain Sakapu’u.
Kalo lo ngeliat ada miniatur rumah di halaman kampung ini, itu adalah simbolisasi dari leluhur kampung Bena. Leluhur laki-laki dilambangkan dengan Ngadhu yang berbentuk seperti payung dengan tiang berukir dan berfungsi sebagai gantungan hewan kurban pada upacara adat. Leluhur perempuan dilambangkan dengan miniatur rumah adat berbentuk kotak bernama Bhaga, yang dipakai untuk menerima laki-laki yang akan meminang perempuan di kampung tersebut. Satu lagi simbolisasi yang unik bisa lo temuin di desa ini adalah tanduk kerbau serta rahang dan tulang babi yang diikat berderet pada dua bilah bambu dan “dipamerin” di depan rumah masing-masing. Ini adalah lambang dari status sosial para penduduk kampung ini, semakin banyak tanduknya, berarti semakin tinggi status sosialnya.
Di Kampung Bena hidup sembilan suku — Suku Bena, Suku Dizi, Suku Dizi Azi, Suku Wahto, Suku Deru Lalewa, Suku Deru Solamae, Suku Ngada, Suku Khopa, dan Suku Ago– dengan garis keturunan matrilineal. Mata pencaharian mereka umumnya adalah berladang, tapi perempuan-perempuan di kampung ini juga nenun kain yang mereka gantung dan jual di depan rumah. Kalo kita suka, kita bisa beli.:D
Nah, di belakang kampung Bena ini ada satu spot foto lagi yang juga sama kecenya dengan Manulalu panorama spot tadi. Kenapa? Karena lagi-lagi menghadap Gunung Inerie dan lembah di bawahnya. Jadi foto-foto lagi deh gue. 😆
Tiga, ada Manalage, Sumber Mata Air Hangat dan Dingin yang Mengalir Berdampingan!
Nggak jauh dari Kampung Bena, ada satu pemandian alam yang unik. Walaupun dinamain Hotspring alias sumber air panas, Manalage ini sebenarnya adalah perpaduan dari dua sumber air yang suhunya jauh berbeda. Satu dingin dan satu panas, kayak dispenser gitu. 😆 Keduanya mengalir berdampingan dari dua sisi yang berbeda terus bermuara ke satu aliran. Gue sempat berendem di air yang dingin banget, terus sempet kaget karena di sisi lain airnya panas amatan, tapi akhirnya nemu titik air yang angetnya pas karena udah dilewatin sama aliran air yang panas dan yang dingin tadi. #ribet 😆
By the way, untuk mandi di sini kita cuma perlu ngisi buku tamu dan bayar suka rela. 😀
Yang di sini airnya panas
Dua gadis desa lagi ngerumpi 😆 Kalo nggak salah inget, air yang di belakang kami itu dingin, dan yang di depan kami panas.
Jadi gimana? Udah siap menyepi ke Manulalu? Sampai ketemu di sana! 😀
Sampai ketemu Spy di sana! (mungkin sekarang udah gede 😆)
Ke sana lagi yuk neng!
yuk!
aku September ada waktu..pengen ke sana ..tapi ga ada temen…mau ga ke sana lagi September? 😀
akunya ga ada duit hahahhahaha, maaf ga bisa nemenin ya, neng. kalau butuh guide atau temen selama di sana kabarin aja ya, ntar aku hubungin sama sodaraku
maaf neng baru baca..telat banget…kemarin juga akhirnya ga jadi ke sana. wah boleh tuh ntar klo mau ke sana ..makasih ya…
Ya ampunn mbaaaaaa,
Hari hari dengan macet dan klakson nya ibukota melihat suasana alam begini kok ya teduh banget yaaa.
Pengeeeeeeeenn.
yuk ke sini, mbak! 😀
kalo kesitu lagi… ikutan dong?
nyok
Kubaru pulang dari living on board di Flores dan aku KETAGIHAAAAAN! Bajawa ini bagus juga ya kak tempatnya ❤
Manulalu indah bgt. Tp harga kamarnya ada nggak yg disukai sama anak backpacker? Pingin bgt nginep di sana 😣
setahuku sih cukup terjangkau yah, murah banget sih nggak, kalo ga salah 500 ribu per malam, tp bs share jadi lumayan 🙂
Kalau cuma mampir buat minum teh di balkon nya Terus melamun, santai santai, mengkhayal terus lanjut foto2 yg di balkon yg menghadap ke gunung Ineire nya boleh ga ya?
Soalnya saya perginya sendiri. Tapi kalau berame2 memang sudah terjangkau harganya 😁