**(A little bit) of SPOILER alert**
Kalau pengen nontonnya penasaran maksimal jangan dibaca, yah.
Helau sodara-sodara sebangsa dan setanah air!
Seperti yang kalian mungkin tau (dan ikutin), sekitar sebulanan ini hype dari film “Pengabdi Setan,” sebuah remake dari film berjudul sama di tahun 1980, lagi gencar-gencarnya bergaung. Karena gue pencinta film horor dan kebetulan dulu sempet nonton film aslinya (walau lupa-lupa inget), gue jadi excited banget nunggu si film versi baru ini.
Teaser dan trailernya nampak menjanjikan dan gue inget film lamanya (pada masanya) juga serem dan malesin banget.
Ya gimana nggak males kalo waktuΒ lo lagi tidur, jendela kamar lo diketok-ketok dari luar sama arwah ibu lo yang baru aja meninggal hari itu…

atau pas buka pintu garasi, tau-tau ada tukang kebon lo mati kegantung di dalemnya…

atau lagi tidur tenang-tenang tau-tau piano di ruang tamu lo bunyi dan pas lo liat nggak ada orang yang duduk di situ, eh pas ngedip dikit, taunya yang mainin pianonya mantan lo yang baru mati kecelakaan, lengkap dengan simbahan darah dari kepala..

atau ketika lo buka lemari baju lo, ada mayat idup si tukang kebun lagi gendong pocong dan mereka berkolaborasi nakut-nakutin lo.

MALES KAN LO?
Udah gitu pembantu rumah tangganya kek gini pulak.

Darminah. So extra.
Walaupun scoring film Pengabdi Setan jaman dulu juga seadanya banget, disinyalir berasal dari suara keyboard yang nadanya do tinggi semua, tapi tetep pada jamannya gue rasa ni film serem amatan. Paling nggak kalo lo nonton sendirian di kosan dan kamar lo jendelanya gede (kayak kamar aing) ya monmaap mending kita cari kegiatan lain yang lebih berfaedah ya, kak.
Nah, atas dasar contoh-contoh scene di film lama tadi, plus karena udah liat trailer versi baru yang menjanjikan, gue dan tiga orang teman lainnya kemarin “nyari penyakit” dengan nonton Pengabdi Setan versi 2017 di hari perdana penayangannya. Memang begitulah sifat dasar manusia: udah tau takut, masih ditonton juga. Udah tau nggak berbalas, masih disayang juga. #YHA
OKE LANJUT!
Kemarin malem kami semua nonton di Cinemaxx Plaza Semanggi. Kenapa informasi ini seolah penting untuk dibagi? Karena kemarin studionya fullΒ dan terus terang itu bikin gue jadi makin excited: SOALNYA TAKUTNYA BISA RAME-RAME. Gue rasa hype reaksi penonton yang kemarin-kemarin sempat viral itu membantu juga, sih. Selain rasa penasaran meningkat, kami semua yang ada di studio itu serasa mau masuk wahana Dufan terbaru. Takut-takut girang gitu. Dan itu terbukti dengan reaksi penonton sepanjang film di studio Cinemaxx malam kemarin. Kalau kemarin itu adalah ujian PPKn, udah pasti pada jeblok semua sih nilainya: mulut senantiasa ingin berkata kasar.Β
Pengabdi Setan versi terbaru ini ceritanya dikembangkan lagi sama Joko Anwar. Benang merahnya masih sama, tapi karakter dan plot mayan jauh beda. Jauh lebih seru yang ini sih daripada versi aslinya. Gue lumayan sering nonton film horor mainstream baik itu film Hollywood, Jepang, Cina, Korea, dan Thailand. Dengan pengetahuan dunia produksi film yang ala kadarnya ini, gue bisa merasakan film ini mengadaptasi dan menggabungkan hampir semua elemen film-film horor yang dulu pernah gue tonton. Contoh: elemen-elemen properti seperti rumah tua, lingkungan sekitar rumah yang banyak pohon-pohon rimbun, tangga berderit, cahaya ruangan remang-remang, sudut-sudut gelap di rumah, jendela besar, dan paling malesin: SUMUR.Β
Itu baru dari segi properti scenenya, yah. Tentang kemunculan setan-setan tak diundang ini juga caranya banyak ditemukan di film-film modelan Insidious, Conjuring, Sadako, The Eye,Β Paranormal Activity, dan lain-lain. Entah kenapa lagi-lagi gue harus pake analogi dunia percintaan, tapi ternyata sensasi berpapasan sama gebetan yang membuat waktu seolah melambat, dunia serasa berhenti sesaat, dan di detik terlama itu hanya ada kau dan dirinya…
…YA KOK SAMA RASANYA KAYAK PAS LO KETEMU MAKHLUK HALUS.
Kan anying.
Film ini menceritakan sebuah keluarga yang mengalami keterpurukan finansial setelah lebih dari tiga tahun uang mereka dihabiskan untuk membiayai pengobatan sang Ibu yang sakit keras. Sang Ibu ini dulunya adalah penyanyi one hit wonder (sumpah, lagunya itu-itu muluk), tapi royaltinya juga udah abis bis bis dipake untuk bayar pengobatan.Β Di awal film Ibu diceritakan cuma bisa baring dengan napas satu-satu. Kalau perlu bantuan, dia akan membunyikan lonceng di tangannya supaya salah satu anggota keluarga dateng, saking Ibu nggak bisa ngomong lagi. Nggak jelas sakit Ibu ini apa, dan nggak dijelasin juga. Anggaplah dia kanker karena ada adegan rambutnya rontok. Di film ini si Ibu ini karakternya nggak loveable (‘NURUT LOH), dan keliatan anak-anak ini juga (terpaksa)Β care sama Ibunya ya karena status aja, karena itu Ibu kandung mereka. Dari awal lebih kental kesan rasa takut yang muncul, enggan ngurusin ibunya. Yah kek manalah kau nggak takut kalo Ibu kau cem Sadako telentang geneee…

*tutupin karung goni basah*
Itu sih pas sakit, ya. Gimana rupa Ibu pas masih sehat dan masih aktif jadi artis (walau lagunya cuma satu. #tetep)?

Pentingnya menyewa stylist dalam karier keartisan Anda.Β
Kayak setan nini-nini yang di Insidious. Kesel.
Balik ke kondisi keuangan keluarga, saking seretnya keuangan mereka, rumah mereka sampai digadai dan keluarga ini pindah ke rumah Nenek (Ibu dari suami si Ibu). Keluarga Bapak dan Ibu punya empat anak. Rini, Tony, Bondi, dan Ian (tuna rungu). Sehari-harinya Rini ngurus rumah, Tony, Bondi, dan Ian sekolah, sementara si Nenek yang duduk di kursi roda ini sukanya nyulam dan main sama si Ian. They even have their own game. Sebuah permainan yang bikin lo males ketika sampai di pertengahan film. Kalo siΒ Bapak… well, dia udah kehabisan duit terus kerjaannya juga nggak jelas. Di rumah aja dese selama Ibu sakit. By the way, you have to meet him first.

Si Bapak. Diperankan oleh aktor Malaysia Bront Palarae yang juga sempet main di My Stupid Boss. Foto dari sini.

Hi, #Daddy.
Saking jomplangnya penampakan Bapak dan Ibu di film ini, Naniet yang di sebelah gue sempet nyeletuk:
“Bapaknya brondong, ya?”
Tabok, ya, Niet!
![]()
https://www.instagram.com/p/BZTMlAZl76b/?hl=en&taken-by=tarabasro
#CintaTakMengenalUsia.Β Malah si Bapak ama Rininya yang kek pasangan : ))))
Singkat cerita, Ibu akhirnya meninggal dunia. Menjelang berpulangnya si Ibu, ada beberapa kejadian yang terjadi. Misalnya, Tony si anak kedua sekaligus anak kesayangan si Ibu mendapati kalau rambut Ibu mulai rontok. Gimana cara taunya? Karena Tony sebagai anak kesayangan mempunyai tugas untuk melakukan kegiatan yang paling disukai ibunya. Apakah gerangan?
NYISIRIN RAMBUT IBU.

YHAAA!
Coba kita rewind dikit Ibunya kayak apa.

Lo sisirin dah tuh.
Q undur diri.

Selain Tony, Rini juga mengalami tanda-tanda Ibu akan berpulang, yaitu mendengar lonceng sang Ibu berbunyi ketika semua orang udah tidur. Tentu saja selayaknya film horor pada umumnya, di mana sumber suara mencekam berada… KE SITULAH KARAKTER UTAMA AKAN BERJALAN MENDEKAT.
GOBLOK.
Tapi berhubung ini ceritanya Ibunya sendiri yang bunyiin lonceng pertolongan, jadi masih validlah kenapa Rini berjalan menembus kegelapan menuju Ibunya yang serem bais itu.

Menuju ke scene-scene serem di awal, bioskop udah mulai riuh. Belum apa-apa pas ada adegan nakutin pertama, tau-tau di kursi tengah atas ada yang teriak,
“IDIH, ANJING!”
Lah, Mbak.
![]()
Harap bersabar. Perjalanan masih jauh.
![]()
Akhirnya sang Ibu meninggal, dan kembali lagi terjadilah adegan taique. Scene penguburannya sih nggak banget, loh. TERLALU DETAIL BANG JOKOOO. Udahlah adegan jenazahnya diturunin pake disorot, LAH KAMERANYA PAKE ACARA MASUK KE DALAM LIANG KUBURNYA SEGALA. Dan muka Ibu yang udah ketutup pake dibuka segala sama Hendra, anak Pak Ustad yang ngebantu ngubur jenazah.Β

bhay.
Kelar nguburin Ibu si Rini -tampaknya tanpa cuci tangan- Hendra ngajak kenalan Rini kenalan sambil nyodorin tangannya. Tangan yang abis megang mayat Ibunya -____- #flirtingdikuburan
Selepas Ibunya meninggal, ada banyak kejadian aneh yang terjadi, dan itu hampir tiap malem. FYI, nih empat bersaudara tidurnya tuh sendiri-sendiri, bok. Cuma Bondi sama Ian aja yang tidur berdua. Udah ada kejadian serem bukannya pada ngobrol kek, tidur sekamar kek. Hiiih.
Lagi keadaan kayak gitu Bapaknya pake acara pamit segala. Katanya mau ngurus urusan rumah tangga ke kota, kagak ada telepon pula (telepon rumah udah diputus, masa itu belum ada hape karena masih tahun ’81, dan Bapaknya nggak punya nomor saudara atau teman yang bisa dihubungi). Begitu Rini protes karena takut nanti kalau ada apa-apa mereka harus menghubungi siapa, si Bapak cuma bilang (kira-kira gini): “Emang bakal ada kejadian kayak apa sih sampe akan butuh Bapak?”
Wah.
Ganteng-ganteng dungu.
Ya udah deh tuh, abis Bapaknya yang agak useless ini cabut ke kota, makin banyak aja kejadian-kejadian serem yang terjadi. Padahal Pak Ustad dari awal tuh udah nawarin bantuan kalo ada apa-apa, tapi dasar tujuan film ini adalah untuk bikin kita gemes, udah digangguin kek apa tauk masiiih aja bertahan di rumah itu. Formula yang sangat familiar yang ditemukan di film semacam The Conjuring dan realita percintaan jaman urban: bertahan di hubungan yang nggak sehat, padahal bisa pisah. Hakdezig.
Gue nggak akan menceritakan alur cerita sampe akhir, yang jelas akan ada hantu-hantu anying lainnya yang bermunculan selain Ibu. Akan ada banyak kejadian menyeramkan nggak kelar-kelar dari berbagai angle. Akan ada adegan ala Paranormal Activity yang TELEQUE BANGET KAKAAA…
…dan mungkin akan ada adegan yang terjadi di dalam studio bioskop Anda di mana ketika hot daddy kembali dan shock dengan semua peristiwa yang terjadi sehingga AKHEEERNYA dia mengajak semua anak-anaknya pindah (BASI PAK. MADINGNYA UDAH TERBIT!), maka kursi belakang Anda akan nyaut:
“KE MEIKARTA, AJA, PAK!”
*sayup-sayup terdengar bunyi baling-baling helikopter James Riady berputar untuk menjemput*
SAMFAH.
Pokoknya terlepas ada sekian plothole alias adegan gantung tak terjawab yang bikin gue gemes, gue sukaaak banget dengan production, scoring, penyutradaraan, dan akting semua pemain-pemainnya. Sama rata bagusnya. Aksen Melayu si Bapak aja sih masih berasa kadang-kadang, walaupun perannya sebagai orang Indonesia. Gue suka selipan humor di dialog antar saudara ini. Begitu juga di karakter lain, seperti line Pak Budiman temen si nenek ini.

Memang begitulah Pak yang sering terjadi.
Deketnya ama siapa, kawinnya sama siapa.Β
![]()
Selain itu, gue juga suka dengan akting anak paling kecil alias si Ian yang jadi ultimate scene stealer. Karakternya loveable dan adorable. Kalo Bapaknya desireable. #konsisten
Gue suka plot twistnya, walaupun dari beberapa review yang gue baca twist ini kayak konyol dan nggak masuk akal, tapi buat gue malah membuat semua hal jadi sensible. Sebelum twist muncul, yangΒ katanya alasan mereka nggak akan diganggu hantu lagi hanya jika mereka sekeluarga saling menyayangi itu…Β meh banget. Aku sih begitu liat Bapaknya dari kali pertama aja udah langsung sayang, ya, apalagi anak-anak kandungnya yang darah daging sendiri. Kagak valid banget alasannya.
Akhir kata, selamat menikmati film ini. Walau mungkin nggak semua orang akan suka (beberapa temen kantor gue nggak terkesan sama filmnya), gue tetep sangat menikmati film ini dan keluar bioskop ngerasa bangga karena deliverynya baguuus! Nggak sabar liat film ini ditonton sama audiens di luar negeri. Terlepas kurang lebihnya, filmnya well madeΒ banget, deh! Yuk ditonton weekend ini dan seterusnya, karena selain kayak roller coaster ride, ada banyak pesan moral dan sekuel Pengabdi-Pengabdi lainnya yang layak kita simak!
![]()

Cobak ini dizoom. BGST.
![]()
SELAMAT MALAM INDONESIA!


Leave a reply to joeyz14 Cancel reply